Kalau disuruh mencela dan mengkritik orang lain, jujur saja, kita
pasti ‘senang’ melakukannya kan? Tapi bagaimana kalau kita di posisi
mereka? Dikritik, dicela, dianggap selalu salah…hmm… seberapa sih anda
bisa tahan?
“Bagaimana kita bisa bekerja dengan baik, kalau kamu selalu datang terlambat?”
“Mestinya anda bisa meningkatkan kinerja. Masa’ dari dulu kualitas pekerjaan anda begini-begini saja?”
“Bagaimana kami mau bekerja dengan baik kalau anda sebagai manager tidak mampu memberikan fasilitas yang memadai ?”
“Sepertinya anda selalu saja meminta fasilitas lebih. Sekali-sekali, tunjukkan dong kualitas kerja yang seimbang!”
Suatu hari, anda mungkin akan mengeluarkan kritikan semacam itu
kepada rekan kerja anda, termasuk bos anda. Tapi bukan tak mungkin, di
hari lain, andalah yang akan menerima kritikan itu.
Kalau itu terjadi pada anda, bagaimana rasanya? dikecam, disindir
atau dicerca di depan banyak orang, dalam rapat atau dalam perbincangan
santai di kantor, bagaimanapun, bukan hal yang menyenangkan. Kesal,
dongkol …bahkan marah? sangat mungkin terjadi.
Tetapi, seberapa dewasa anda untuk bisa mengakui bahwa kritik itu justru menjadi cambuk buat anda?
pernahkah anda sedikit berpikir positif di tengah-tengah kemarahan
anda ketika sedang dikritik, bahwa sebenarnya kritik mencerminkan
perhatian orang lain terhadap diri anda?
Kalau pikiran-pikiran baik itu hampir tak pernah terlintas di benak
anda, maka mungkin beberapa tips berikut ini berguna supaya anda ‘tahan’
kritik.
Jangan terburu marah
Siapa sih yang tidak kesal atau marah kalau mendapat kritikan
menohok? Tapi jujur saja, tiap orang berhak untuk melontarkan pendapat
tentang anda, begitu pula sebaliknya.
Dan kenyataannya, objektifitas selalu lebih besar bisa kita dapat
dari kaca mata orang lain. Sebab itu, tahanlah amarah anda ketika
seseorang mengkritik anda.
Dengarkan saja, bahkan kalau perlu catat dan lalu renungkanlah di
rumah dengan pikiran yang dingin. Dengan marah, tak ada yang bisa anda
lakukan dan tak sedikitpun anda maju ke tingkat yang lebih baik.
Terbukalah untuk mengakui
Pernahkah anda lihat seseorang yang bebal —sudah dikritik berulang
kali, tetapi tetap saja melakukan kesalahan yang sama?. Memang, ada
banyak alasan mengapa orang tak mengacuhkan kritik orang lain
terhadapnya.
Tetapi, salahsatu yang kerap menjadi sebab mengapa anda atau kita tak
hirau dengan kritik, adalah karena kita menutup diri untuk secara
terbuka mengakui bahwa kita salah. Atau minimal mengakui bahwa “Oh ya,
dia benar. Itulah sebenarnya saya. Mestinya saya merubah sesuatu dalam
diri saya,”.
Miranti marah ketika dikritik sering telat ke kantor sesudah jam
makan siang. Padahal kenyataannya, ia kerap menghabiskan waktu
istirahatnya bukan untuk makan siang, tapi untuk jalan-jalan ke mal.
Ketika bos memerlukannya mengerjakan sesuatu, ia beberapa kali terlihat
tidak ada di mejanya.
Dengan menyikapi kritik secara terbuka, anda akan terlihat lebih
simpatik. Pahami ketidak cocokan orang lain terhadap perilaku atau sikap
anda, sebagaimana kalau anda merasa tidak senang terhadap tindakan
orang lain.
Dengan kata lain, bersikaplah empatif. Dengan demikian, anda akan cenderung bisa bersikap lebih tepat menghadapi kritik itu.
Mintalah dikritik secara spesifik
Belajarlah mengakui bahwa kemungkinan kritik yang dilontarkan orang
lain terhadap diri anda itu benar. Dengan demikian, anda punya keinginan
untuk belajar bagaimana orang lain ingin anda bersikap.
Tapi, ada baiknya anda meminta orang lain mengkritik anda lebih
spesifik, agar anda benar-benar mengerti dimana sebenarnya masalah orang
lain terhadap diri anda.
Sehingga, antara anda dan rekan yang mengkritik itu bisa saling
memahami dengan jelas kondisi yang sebenarnya. Dengan begitu, akan lebih
mudah jalan untuk memperbaiki apa yang tidak menyenangkan terhadap diri
anda, di mata orang lain.
Jangan balas mengkritik.
Mensikapi kritik tidak berarti dengan balas mengkritik.Ketika kita dikritik, bersikaplah sungguh-sungguh akomodatif.
Membalas kritik dengan kritik lagi, sama saja menyulut perdebatan
yang tidak perlu. Jangan biasakan diri anda menyukai debat kusir,
mendramatisir kata-kata atau kondisi yang hanya akan memberi sinyal
terhadap rekan kerja lain bahwa anda defensif.
Ibaratnya, kritik adalah api. Memadamkannya adalah dengan air, bukan
dengan api lagi. Menghadapi rekan kerja, berusahalah selalu akomodatif
dan hindari perdebatan yang tidak substantif.
Mintalah saran konstruktif
Kadang, kita ingin merubah diri tapi tak tahu bagaimana caranya.
Mungkin rekan anda punya jalan keluarnya. Jadi mengapa tak bertanya
padanya? Satu hal, sering kita malu kalau orang lain tahu betapa kita
bodoh dan tak tahu harus berbuat apa. Tapi dengan mengakuinya dengan
jujur dan jiwa besar, orang lain pasti akan dengan senang hati membantu
anda.
Memperlihatkan bahwa anda membutuhkan orang lain untuk perbaikan diri
anda secara positif, justru akan menimbulkan reaksi yang simpatik dari
lingkungan sekeliling anda. Kalau anda tak bisa membantu diri anda,
berikanlah kesempatan orang lain melakukannya untuk anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar